
Tiger Parenting: Prestasi Gemilang, Tapi Ada Dampak Tersembunyi pada Anak
Cuwittan.com – Tidak semua keberhasilan anak lahir dari pelukan hangat. Ada juga yang tumbuh dari jadwal padat, target tinggi, dan disiplin yang nyaris tanpa celah. Pola asuh ini dikenal sebagai Tiger Parenting, gaya mendidik yang menekankan prestasi sekaligus mengorbankan keleluasaan emosi anak.
Banyak orangtua melihatnya sebagai cara ampuh untuk mencetak anak unggul. Namun, di balik rapor penuh nilai tinggi, ada jejak psikologis yang sering tak terlihat, tetapi membentuk anak hingga dewasa. Berikut beberapa dampak tersembunyi yang perlu Moms ketahui.
1. Nilai Diri Anak Terikat pada Prestasi
Anak yang dibesarkan dengan Tiger Parenting terbiasa merasa dicintai hanya ketika berhasil. Mereka menakar harga dirinya dari hasil, bukan proses. Sekali gagal, rasa percaya diri bisa runtuh. Anak tampak berprestasi, tapi hatinya rapuh menghadapi kegagalan.
2. Hubungan Emosional Menjadi Dingin
Meski orangtua selalu hadir dalam kehidupan anak, kedekatan bisa berubah menjadi pengawasan. Anak merasa interaksi lebih banyak berupa instruksi ketimbang kehangatan. Ikatan keluarga terlihat rapi, namun sering terasa kaku dan dingin di dalam.
3. Perfeksionisme Menyulut Kecemasan
Standar tinggi membuat anak takut salah. Bagi sebagian anak, hal ini jadi pemicu untuk bekerja keras. Tapi bagi yang lain, kecemasan justru melumpuhkan: sulit tidur, menunda pekerjaan, hingga kehilangan keberanian mencoba hal baru.
4. Anak Kehilangan Ruang Mengenali Diri
Target yang ditetapkan orangtua sering membatasi eksplorasi anak. Mereka mungkin unggul dalam bidang pilihan orangtua, tapi asing dengan minat pribadi. Ketika dewasa, banyak yang sukses secara karier, tetapi masih bertanya-tanya tentang arti kebahagiaan sejati.
5. Pola Kontrol Jadi Warisan
Pola asuh yang ketat cenderung diturunkan. Anak yang terbiasa hidup dalam Tiger Parenting berpotensi meneruskan pola ini pada generasi berikutnya. Namun, jika diberi ruang refleksi, mereka bisa memutus siklus dengan menghadirkan disiplin yang dibalut kelembutan.
6. Potensi Anak Jadi Seragam
Prestasi akademik, musik, atau olahraga biasanya jadi fokus utama. Sayangnya, bakat lain seperti seni, kepedulian sosial, atau kreativitas sering terabaikan. Anak tumbuh terlatih dalam satu jalur, tapi kehilangan warna lain dalam dirinya.
7. Anak Patuh tapi Tidak Mandiri
Kepatuhan memang tercapai, tetapi anak kurang terlatih mengambil keputusan sendiri. Dunia luar rumah menuntut inisiatif, bukan hanya kepatuhan. Anak bisa tumbuh bingung dan ragu ketika tidak ada arahan yang jelas.
Menemukan Keseimbangan
Tiger Parenting tidak sepenuhnya buruk. Nilai disiplin, kerja keras, dan dedikasi tetap penting untuk bekal hidup anak. Namun, tanpa kelembutan dan empati, anak justru kehilangan kebahagiaan batin.
Moms, yang terpenting adalah keseimbangan. Membawa semangat Tiger Parenting sah-sah saja, asalkan disertai ruang untuk anak bernapas, mencoba, dan menjadi dirinya sendiri. Dengan begitu, anak bukan hanya unggul di atas kertas, tetapi juga tumbuh sebagai pribadi yang bahagia.