Cuwittan.com — Polemik penggunaan minyak babi dalam produksi ompreng atau food tray program Makan Bergizi Gratis (MBG) kian menghangat. Hasil uji laboratorium dari Shanghai Weipu Testing Technology Group di Cina menyebut adanya kandungan lemak babi olahan pada minyak yang dipakai dalam proses produksi.
Sampel minyak tersebut dikirim oleh Wafa Riansah, Sekretaris PW RMI NU Jakarta sekaligus pemasok, setelah ia menemukan indikasi penggunaan minyak babi saat berkunjung ke salah satu pabrik ompreng di Cina. “Ternyata kami temukan minyak babi di situ. Makanya saya enggak jadi impor,” ujar Wafa, Selasa (16/9).
Laboratorium Weipu menggunakan tiga metode analisis FTIR, GC-MS, dan NMR yang semuanya mengarah pada kesimpulan bahwa komponen minyak mengandung trigliserida dari lemak babi olahan, ditambah bahan lain seperti ester sintetis, parafin terklorinasi, aditif antikarat, dan pelumas.
Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana menepis anggapan bahwa minyak tersebut bercampur dengan bahan ompreng. Ia menegaskan, minyak hanya digunakan sebagai pelumas mesin saat pengepresan (stamping), bukan bagian dari material food tray. “Bahan ompreng itu kombinasi kromium dan nikel, bukan minyak,” ucap Dadan, Kamis (28/8).
Senada, Kepala BPOM Taruna Ikrar memastikan lembaganya sudah menguji sampel ompreng MBG, namun hasilnya belum bisa diumumkan. “Kami tidak bisa merilis sendiri. Nanti diumumkan bersama-sama dengan BGN, BPJPH, dan Kantor Komunikasi Kepresidenan,” kata Taruna di DPR, Senin (15/9).
Temuan ini memicu reaksi keras dari sejumlah anggota DPR yang meminta pemerintah transparan dan segera mengumumkan hasil uji resmi. Mereka menilai isu minyak babi menyangkut kehalalan produk dan kepercayaan publik, sehingga tidak bisa ditutupi.
Hingga kini, publik masih menunggu pernyataan resmi pemerintah yang diharapkan bisa mengakhiri spekulasi mengenai kehalalan ompreng MBG.
